Showing posts with label interview. Show all posts

Interview: Danilla

Read more » | No Comments »


Danilla adalah seorang penyanyi pendatang baru  dari Jakarta yang belum lama ini merilis album perdananya “Telisik” dengan membawakan warna musik yang sedikit berbeda dibandingkan dengan penyanyi-penyanyi muda yang banyak bermunculan di Indonesia. Beberapa hari yang lalu saya bertemu secara langsung dengan Danilla dan mendapat kesempatan untuk melakukan sesi interview singkat 

Interview: Farid Stevy Asta

Read more » | No Comments »


Nama Farid Stevy Asta di dunia seni rupa Yogyakarta tentu sudah tidak asing terdengar. Sudah banyak sekali proyek-proyek berkesenian yang dikerjakan, termasuk menjadi front man dari FSTVLST, salah satu band indie rock yang namanya saat ini sendang naik daun di skena musik indie Indonesia. Bulan lalu saya mendapat assigment dari majalah fashion dan urban culture asal Jakarta, NYLON Indonesia untuk melakukan sesi interview dengan Farid, berikut interview saya dengan Farid

Interview: Rani Ramadhany

Read more » | No Comments »



Beberapa waktu saya saya mendapat assigment dari salah satu media online untuk membuat artikel tentang artist muda Indonesia, Rani Ramadhany. Yang unik dari sosok Rani adalah dia adalah seorang drummer dan permainan drumnya banyak di kenal melalui situs YouTube. Berikut ini adalah hasil obrolan santai saya bersama Rani Ramadhany

Interview: Ykha Amelz

No Comments »


Tiga bulan  lalu saya mendapat kesempatan untuk bertemu dan melakukan interview  bersama Ykha Amelz di Yogyakarta, Ykha banyak dikenal sebagai seorang  ilustrator muda dari kota Bandung yang juga seorang vokalis dari band C.U.T.S.
Sedikit tentang karir Ykha dalam bidang ilustrasi, dia pernah berkolaborasi dengan beberapa brand besar sepertiNike, Heinekken, Jooma, Masari, Martha Tilaar, Feminax. Dia juga pernah mengisi ilustrasi di beberapa majalah seperti Elle, Nylon, Harper’s Bazzar, Sill Loving Youth, Hello Bali dan Provoke!. Beberapa buku juga pernah dia kerjakan antara lain Turiya, The Last Dino yang diterbitkan oleh Else-Press Publishing dan  juga buku Dongeng Sepanjang Masa karya H.C. Andersen yang diterbitkan oleh Gagas Media Publishing. Tidak hanya itu, Ykha juga mendesain merchandise untuk Kelas Pagi Third Eye Studio dan The Bastards of Young, poster musik dan kover CD untuk S.C.A.N.D.A.L Studio dan band The Aftermiles, mengerjakan ilustrasi website Up and Blackheart dan menggambar mural untuk Happy Go Lucky Boutique.
Hai Ykha, apa kabar? Sedang sibuk apa?
Saya sedang  ngebangun studio  baru biar bisa ngerjain lukisan dengan ukurang yang lebih gede, lokasinya nantinya akan bareng sama kantor suami  
Well, tell us about who is Ykha Amelz?
Saya sebenarnya kurang jago berkata-kata, orang-orang bilang saya dikit-dikit ketawa terus tapi saya aslinya seorang pemalu hahaha
Berawal dari kapan kamu suka dunia ilustrasi?
Dari kecil banget. Ayah saya kerja di penerbit buku Islam dan beliau suka membawa kertas sisa dari percetakan kerumah. Satu situ saya dulunya suka menggambar di kertas-kertas yang dibawa pulang oleh ayah saya dari kantornya. Saya menggambar secara otodidak, karena memang saya dulu kuliah ngambil arsitek 
Apakah Pak Tino Sidin dan Ayah kamu menjadi tokoh paling berpengaruh dalam berkarya?
Jaman dulu siaran  televisi masih TVRI aja, saat itu hampir semua anak Indonesia nungguin acara menggambar bareng Pak Tino Sidin, ya seperti dari angka 2 yang tau-tau bisa jadi gambar burung haha. Saya  pernah ikut lomba menggambar  dan juri nya kebetulan Pak Tino Sidin, beliau berkata gambar saya bagus dan diterusin aja sampai besok udah gede. Ya secara tidak langsung beliau memotivasi saya dalam menggambar dan berkarya sampai sekarang. Ayah saya lumayan keras meskipun sebenarnya orangnya lucu, dan kedua orang tua saya memang sangat  support dalam membuat gambar
 Substansi-subtansi apa yang membantu kamu dalam berkarya?
Dari buku-buku ilustrasi lama punya Ayah saya, tapi sekarang referensi sudah bisa banyak di dapet dari internet
 Ciri khas dari gambar Ykha?
Saya sebenarnya masih terus belajar, seperti masih baru juga dalam menggunakan arkrilik, water color waktu kuliah malah dapet nilai jelek banget. Lebih banyak eksperimen sih kalau sekarang dalam membuat gambar
Media dan Alat yang sering digunakan dalam membuat gambar?
Sekarang lagi banyak menggunakan canvas, tetapi sehari-hari harus ada kertas di sekitar saya. Baru-baru ini saya sedang suka menggunakan brush pen, hehe 
 Pilih digital atau gambar manual?
Lebih suka manual, karena pengetahuan digital saya kurang jago,kembali lagi semua yang saya kerjakan berawal dari  otodidak. Buat saya digital lebih susah karena engga ada teksturenya, lagian selama ini aku makek digital cuma buat coloring aja, tidak ada gambar yang mulainya digital.
Mengingat sudah banyak produk luar yang bekerjasama dengan Ykha, kenapa tidak memilih untuk berhijrah ke luar negeri?
Amin kalo bisa mewakili Indonesia dan  diakui  secara internasional,  pernah kepikiran untuk pindah ke luar negeri cuma saya tipe orang yang  susah pindah ketika sudah menemukan rumah yang nyaman untuk saya. Jika ada rencana pindah saya lihat dulu disana kondisinya gimana, karena itu juga akan berpengarus ke proses berkarya saya nantinya
Bagaimana pendapat Ykha mengenai ilustrator Indonesia yang justru banyak berkarya di luar negeri?
Bagus sih, Indonesia lagi lumayan geliatnya di mata internasional, karya Indonesia banyak dicari di pameran internasional semacam Binealle, semoga saya bisa menjadi salah satu dari mereka nantinya
Talk about Babbot, Papa Lips, and Batman. Sebagai mommy, kebiasaan apa yang dilakukan mereka yang selalu membuat Ykha terinspirasi?
Hahaha, mereka adalah salah satu makluk paling menghibur di dunia, ditengah deadline ngerjain karya serius atau project dari  klien lumayan bisa istirahat dan terhibur  dengan adanya mereka dirumah
 Babbot always anywhere!. Di dalam ilustrasi, bahkan nama Instagram account Ykha juga @_babbot. Tell us about her character.
Itu sebenarnya nama panggilanku, tapi sama suami dikasih ke dia. Gigi ku kan seperti kelinci, teman-teman sering ngeledek rabbit – babbot, dan itu akhirnya jadi nama panggilanku,kemudian setelah ngelihat makluk gendut ini masuk ke hidup saya suami bilang nama babbot  lebih cocok buat dia, haha
Bagaimana Ykha membagi waktu antara menjadi seorang ilustrator, musisi, istri dari Hendra RNRM, bahkan menjadi mommy of  Babbot, Lips dan Batman?
Batman sebenarnya punya orang, saat itu lagi dikawinin ma babbot tapi gagal hahaha. Bagi waktu adalah hal paling susah, ini saya lumayan sering sakit karena segitu banyak kegiatan, Cuma kadang kalo ada kesempatan kadang takut nyesel kalau tawaran proyek engga saya ambil, untung ada suami yg bantu ngebagi waktu buat pilih proyek, untuk time management saya sekarang jauh lebih baik dibanding sebelum menikah 
Future plans and next project?
Bulan Juni saya akan berpameran di Kota Tua Jakarta, sebelumnya saya biasa bikin gambar dengan ukuran kecil (A2, A1) namun kali ini saya diminta membuat gambar dengan ukuran 1,5 x 2 meter, lumayan. Untungnya sesama teman-teman illustrator banyak yang saling support, curhat ngasih tips satu sama lain, yah lumayan sehingga nama kami bisa naik bareng gitu

Tentang Rain Chudori dan Film Rocket Rain

1 Comment »


Pada (4/12) saya mendapat kesempatan untuk interview di radio dan ngobrol secara langsung di salah satucoffee shop bersama  sutradara film Rocket Rain, Anggun Priambodo yang mana film tersebut   diputar secara perdana di JAFF (Jogja Asian Film Festival) 2013 yang bertempat di XX1 Cinema, Yogyakarta.
Rain Chudori yang lebih akrab dipanggil dengan nama Rain adalah salah seorang  pemeran utama didalam film ini. Namanya banyak dikenal di Indonesia setelah menjadi  penulis cerita-cerita pendek berbahasa Inggris di berbagai media seperti The Jakarta Post, Tempo dan Jakarta Globe. Rain sendiri adalah putri dari sastrawan Lelila S. Chudori dan Yudhi Soerjoatmodjo, seorang fotografer jurnalistik yang kerap membuat esai foto. Sehari setelah menontonpremiere Rocket Rain, saya berkesempatan juga untuk  menginterview Rain berkaitan film yang diperankannya ini.
Apa yang membuat kamu tertarik untuk berperan  di film Rocket Rain ?
Saya adalah pengagum karya-karya  Anggun Priambodo sejak saya menonton salah satu video artnya yang berjudul “Sinema Elektronik”. Saya pikir karya-karya yang dibuat Anggun lucu dan relatable, jadi saya tidak ragu-ragu ketika dia meminta saya untuk bermain di filmnya.
Kegemaran kamu adalah menulis, dan bermain film merupakan salah satu pengalaman yang menarik tentunya buat kamu. Apakah peran sebagai Rain di film Rocket Rain ini merupakan karir perdanamu di dunia perfilman Indonesia? Bisa diceritain sedikit tentang pengalamanmu dan keterlibatan kamu di film ini?
Sebelumnya saya sudah pernah berperan dan menulis  menulis untuk beberapa film pendek karena saya memang mengambil jurusan film yang di perguruan tinggi. Saya juga berperan dalam   video art Anggun “Sekasur: Sejarah Teman Tidur” dimana saya dan Anggun berperan sebagai pasangan, berbicara di tempat tidur, post-coital. Rocket Rain adalah film panjang pertama saya dan ini adalah salah satu pengalaman paling keren yang pernah saya lakukan.It’s one of the coolest experience I’ve ever had, it didn’t feel like work, it felt like shooting a home video of a road trip with friends.
Selain Culapo yang merupakan alias dari Anggun sendiri, Rain adalah nama asli yang digunakan untuk karakter yang kamu perankan. Ada pertimbangan khusus kenapa nama aslimu yang digunakan disini?
Karakter dalam film Rocket Rain  sebenarnya merupakan  cermin dari  kepribadian kita yang sebenarnya, kami pun merasa tidak sedan berakting dalam film itu, kami memerankan diri kami sendiri dalam suatu situasi yang fiksi.
Menurut kamu, film Rocket Rain menceritakan tentang apa sih? Banyak penonton yang menganggap ini salah satu film avant garde dan absurd yang pernah mereka tonton. Sosok Rain disini juga sebagai apa sebenarnya, mungkin bisa dijelasin sedikit menurut sudut pandang kamu?
Pada intinya, saya pikir Rocket Rain adalah tentang kerapuhan hubungan manusia yang ditunjukkan melalui batas-batas konvensi sosial seperti perkawinan dan beban pria yang sudah menikah yang ditampilkan dalam sosok Culapo dan Jansen. Pak Kancil dan Bu Bul mewakili apa  yang seharusnya terjadi didalam suatu pernikahan, yaitu kebahagiaan  dan penuh kasih, tapi tidak untuk Culapo dan Jansen. Berbeda dengan itu, Rain adalah sosok yang masih bebas dan muda. Dia seorang Manic Pixie mimpi  dari seorang anak / bocah, yang menarik  kedua pria paruh baya ini (Culapo dan Jansen) untuk  keluar dari kebiasaan mereka.
Untuk anak seusia kamu, dialog yang kamu perankan bisa dibilang terlalu ‘vulgar’ seperti pada adegan flower vagina dan memakan telur. Bagaimana kamu menanggapi hal-hal yang seperti ini?
Banyak dialog di film Rocket Rain yang merupakan improvisasi agar dialog bisa berjalan dengan lebih natural. Ada satu dialog saya tentang “vagina” dan “sperma” dan  saya tidak berpikir itu vulgar, saya berpikiran dengan terbuka   mengingat tema  dari film ini sendiri. Karakter Rain semacam mendorong Culapo dan Jansen untuk berdamai dengan masalah mereka, yaitu  seks dan cinta.
Ada rencana untuk bermain lagi di dunia perfilman? Film terdekat yang akan rilis mungkin dan kamu juga berperan disana?
Saat ini saya sedang menulis untuk beberapa film pendek. Saya sangat senang jika ada tawaran untuk berperan lagi, tapi sejauh ini saya masih lebih menikmati untuk menulis daripada bermain film.
Apa harapan kamu untuk dunia kreatif anak muda di Indonesia, untuk kedepannya?
More funds and more fun! :)

Interview: Etza Meisyara

No Comments »


Etza Meisyara adalah seorang perempuan asal kota Bandung yang sudah cukup malang melintang di dunia musik independen dan netlabel di Indonesia.Beberapa waktu lalu saya sempat menjalani interview bersama mojang Bandung yang satu ini
Hai Etza, sedang sibuk apa nih akhir-akhir ini?
Halo!  Sekarang ini saya sedang sibuk bereksplorasi musik dan sound art. Kedua hal itu yang sedang menjadi fokus utama saya dalam berkarya. Saya baru saja lulus dari seni rupa ITB bulan Oktober 2013. Komitmen saya sekarang ini adalah menggarap karya dengan eksplorasi yang lebih. Insyaallah setelah itu saya akan melakukan program Artist in Residence yang mulai saya apply ke beberapa Negara. Tujuan nya adalah membuka diri saya akan kemungkinan kemungkinan dalam berkarya, baik dalam bidang seni musik maupun seni rupa
Gimana dengan proyek-proyek musik kamu, apakah saat ini sedang mengerjakan proyek musik yang baru? 
Saya sedang menggarap karya musik dengan bentuk yang cukup berbeda dari sebelum nya. Project awal yang saya lakukan sebelum nya mungkin lebih fokus kepada musik postrock, ambient dan juga shoegaze. Tapi untuk kali ini saya lebih eksplorasi di dalam musik electronic dengan beat yang cenderung glitch/trip hop, tapi dengan komposisi musik yang psychedelic dan experimental namun tetap tidak menghilangkan unsur ambient pada musiknya. Pada dasarnya proyek ini lebih experimental secara proses penciptaannya, tapi digarap secara lebih profesional dalam presentasinya. Saya rasa proyek ini digarap secara lebih spesifik, mulai dari alat alat musiknya, stompbox yang dipakai, tools electronic yang dimainkan dan juga musisi yang turut serta dalam proyek ini. Disini  saya membentuk musik bersama seorang gitaris rock psychedelic bernama Adityo Saputro yang sebelumnya dikenal dalam band indie “Fa’al”. Album fisik sebenarnya sudah dikeluarkan secara limited dan disebarkan di Singapore saat kami mendapat kesempatan bermain musik dalam event musik experimental “Terra Clout Union” di Alliwal Street. Insyaallah jika proses nya tidak menemukan kendala, album penuh dalam bentuk kaset dan CD akan segera dikeluarkan dalam waktu dekat ini
Sebelum lebih jauh, bisa kamu jelasin siapa sih Etza Meisyara ini? 
I’m a geminian which totaly interest in between music and fine art. Saya bermain musik dimulai dari SD, dimana saya mulai belajar gitar sendiri dengan selalu saya membawa ke ruang kelas SD. Sampai akhirnya mulai belajar gitar klasik selama 2 bulan. Tapi karena saya cenderung cepat bosan dan senang mencari hal baru, kemudian saya belajar biola ketika SMP secara privat. Setelah itu saya belajar drum di sebuah rumah musik milik almarhum Harry Roesli. Setelah lulus SMP kemudian saya mulai membuat proyek musik, dimana saya yang bermain drum. Setelah itu barulah saya membentuk proyek duo dengan bermain synth dan gitar. Lulus SMA kemudian saya membentuk band beraliran Swing dengan bermain bass. Setelah kuliah di Seni Rupa ITB barulah saya serius dalam membuat karya musik. Sampai akhirnya saya masuk jurusan Intermedia New Media Art yang membuat pengetahuan saya tentang sound lebih terbuka. Sampai saat ini saya terus bereksplorasi tentang kemungkinan baru antara music, sound dan visual
Kenapa pada akhirnya kamu  memutuskan untuk menjadi musisi kamar / solo, tidak  membentuk sebuah band yang tetap seperti kebanyakan musisi yang lain?
Sebetulnya project saya kali ini bukan sepenuh nya sebuah solo project. Saya bersama teman saya mengembangkan proyek ini bersama. Dalam hal song writing, musik directing dan proses mixing saya yang mengambil peran. Sampai ketika materi sudah dibuat barulah gitaris saya memasukan sound effect pada gitar
Menurut saya pilihan saya untuk membuat proyek semacam ini disebabkan karena kami bisa banyak melakukan eksplorasi. Bukan hanya dalam pakem musik secara general, tapi lebih ke dalam bentuk yang esensial, yaitu eksplorasi dalam sound itu sendiri. Namun tetap bisa dinikmati secara musikal. Dengan cara bermusik seperti ini yang saya mengharapkan dapat menemukan kemungkinan kemungkinan baru dalam berkarya
Menurut kamu, dengan adanya netlabel apakah cukup membantu  dan efisien dalam proses distribusi karya musisi independen?
Menurut saya netlabel sangat membantu dalam distribusi karya para musisi. Karena saat ini media online begitu cepat dalam memberikan informasi informasi baru. Informasi akan dengan sangat mudah sampai, bukan hanya dalam skala nasional namun dalam skala internasional. Begitu pula dalam distribusi sebuah karya digital seperti musik. Untuk dikenal secara global bukan jadi hal yang tidak mungkin di zaman sekarang ini. Netlabel bagi saya bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mengembangkan karier para musisi
Bisa diceritain rencana kedepan kamu?
Next plan for me is berkarya terus, eksplorasi terus. Saya berencana untuk mengikuti Artist in Resindence di beberapa negara. Salah satu yang udah mulai saya apply adalah negara Iceland. Saya berharap bisa lolos. Saya baru lulus kuliah di tahun 2013. Planning saya di 2014 ini, saya mau cari banyak experience ke beberapa tempat. Saya mau mengerjakan apa yang benar benar saya suka, namun juga penting bukan hanya untuk diri sendiri nantinya. Antara bermusik dan berkarya seni rupa akan saya jalanin berbarengan. Next plan for me is doing what i can do at the present
Pertanyaan terakhir, ada pesan buat para musisi independen Indonesia?
Terus eksplorasi dan cari kemungkinan kemungkinan baru dalam berkarya. Bikin sesuatu yang unik dan berbeda. Menurut saya karakter itu hal yang penting untuk setiap musisi. Bahkan karakter itu penting untuk diri sendiri. Karya kita ingin dikenang orang seperti apa. Itu kenapa saya selalu menganggap The Beatles sebagai influence terbesar. Siapa sangka musik rock and roll seperti Twist and Shot, Love me do, dapat berkembang menjadi  I’m The Walrus, Strawberry fields forever, Because, Sun King, dll. Menurut saya yang akhirnya penting adalah eksplorasi dan membuka kemungkinan kemungkinan baru. Bagaimana kita dapat merespon perkembangan zaman yang ada dengan menghasilkan sesuatu yang baru. Karena hal kecil yang kadang ga disangka lah yang selalu bisa merubah dunia secara global. Saya belum bisa menyebutkan bahwa apa yang saya lakukan sudah menemukan pencapaian, tapi justru apa yang saya lakukan sekarang secara terus menerus ini lah yang saya yakini akan memiliki dampak secara konkrit. Namun setidak nya yang saya lakukan saat ini berdampak dalam pemenuhan diri saya sendiri secara spiritual

Interview: ANTI-TANK PROJECT, Tentang Street Art dan Latar Belakang Dalam Berkarya

No Comments »


Sebagai seorang penggemar  karya-karya street art artist seperti Bansky dan Shepard Faireypada hari minggu sore (25/11/2013) saya mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dan melakukan sesi interview bersama Andrew Lumban Gaol, seorang street art artist dari Yogyakarta  yang lebih banyak dikenal di Indonesia dengan inisial nama ANTI-TANK PROJECT.  Berikut hasil interview saya dengan Andrew disela kesibukan pemasangan instalasi karya pameran JERENG RENTENG #2 yang dilaksanakan hari senin (26/11/2013) di Galeri Kedai Belakang, Yogyakarta.
Apa latar belakang kamu akhirnya memilih menggunakan inisial nama ANTI-TANK untuk proyek-proyek postermu, dan kenapa media yang kamu gunakan adalah poster?
Saya asli dari  Pematang Siantar, Medan dan sekitar tahun 2005 pindah ke Yogyakarta untuk kuliah. Di tahun 2003 saat masih SMA, saya tergabung dengan salah satu komunitas punk di Pematang Siantar. Pada saat itu komunitas ini masih kecil karena memang kami tinggal di kota kota kecil dan informasi masih jauh tertinggal disana, internet masih sangat mahal dan lambat, akses dari luar juga masih sulit. Sebagai gambaran ada satu zine dari Bandung, Chaos dan setelah 4 tahun di produksi zine tersebut  baru masuk ke Pematang Siantar. Pembahasan di komunitas punk juga masih seputaran politik, tidak terlalu banyak membicarakan tentang fashion dan musik. Gerakan Black Bloc dan isu tentng Abu Jamal di Amerika yang sebenarnya sudah telat untuk dibahas juga baru masuk ke daerah tempat tinggal saya. Musik punk yang masih sering didengarkan  sebatas Sex Pistols dan The Clash. Ketika ada seorang kawan yang mengenakan kaos band hardcore punk Total Chaos kami sempat terheran-heran juga saking tertinggalnya informasi dan akses dunia luar disana.
Punk bukan sekedar musik atau fashion, tetapi juga harus aware dengan lingkungan terutama isu internasional. Suatu saat saya diajak bikin band punk dengan membawakan lagu-lagu sendiri. Dari 4 orang personel yang ada, tiap orang diharuskan mengusulkan nama band saat latihan perdana nanti, dan saya kepikiran nyari nama band yg ada nama ANTI, semacam ANTI-FLAG,  band punk legendaris dari Amerika, karena di kultur punk istilah anti-anti itu banyak, seperti anti-fasisme, anti-kapitalisme. Pada tahun 2004 saat berlangsung  perang Irak, saya menonton di televisi ada seorang reporter yang menginformasikan tentara Amerika menghancurkan kendaraan milisi dengan menggunakan senjata anti-tank. Ada hal bertentangan menurut saya disini, yang mana satu mesin menghancurkan mesin lain atas nama kemerdekaan, kebebasan atau apalah itu tujuannya. Anti-tank segaris dengan paham anti-militerisme, dan nama itu akhirnya yang saya bawa ke teman-teman untuk nama band kami, tetapi ternyata langsung ditolak karena personel lain lebih memilih nama yang sederhana, seperti KEPARAT atau Jeruji yang sudah ada terlebih dahulu. Nama yang diambil akhirnya BERANTAKAN, dan saya pun memutuskan untuk tidak bergabung di band tersebut karena penggunaan nama yang kurang sesuai untuk saya. Band pun tidak bertahan lama karena kota kami ini cuma sebagai kota transisi, dimana kebanyakan orang setelah lulus sekolah memutuskan untuk melanjutkan kuliah di kota lain. Karena sayang nama ANTI-TANK  dibuang, maka saya mulai menggunakan nama itu untuk karya-karya personal, seperti membuat komik, zine atau flyer-flyer gig. Saat itu metode yang saya pakai masih berupa cutting-paste dan kolase. Saya belum tau istilah desain dan seni rupa,. Istilah graffiti dan  poster  saya juga belum tau, yang saya tau pertama kali menggunakan metode poster pada saat itu adalah Taring Padi. Poster pertama yang saya buat saat masih duduk di bangku SMA adalah poster menolak perang Irak, sepulang sekolah menempel poster hanya menggunakan lem glukol dan belum tau kalo yang  saya lakukan itu sebenarnya  ilegal, dan masyarakat sekitar juga tidak terlalu terlalu perduli dengan itu. Mulai saat itulah  saya mulai menggunakan ANTI-TANK sebagai inisial.
Pada tahun 2008, ada teman kost anak ISI angkatan tua melihat festival bonsai di Ambarukmo Plaza yang kemudian memunculkan pembahasan antara saya dan dia dimana bonsai itu egois, bonsai seharusnya bisa dibiarkan tumbuh subur dengan semua manfaat penghijauan, dan teman saya ini ingin membuat tulisan tentang kritik itu untuk dimuat di surat kabar lokal. Karena sadar kapasitas dalam menulis masih kurang, diputuskan membuat poster untuk merespon hal tersebut. Kami menempel poster kurang lebih di enam lokasi dan ternyata hanya bertahan selama 3 hari. Kebetulan tulisan pengantar di proyek poster tersebut saya yang menulis dan diupload di blog ANTI-TANK. Ini adalah postingan pertama saya di blog. Tidak disangka, banyak orang yang memberikan komentar cacian di postingan tersebut, karena saya dinilai sok tau dalam memberikan respon berupa kritik yang dituangkan di dalam poster yang saya buat.
Bisa diceritakan sedikit tentang poster kamu yang merespon kematian Munir, karena poster itu cukup fenomenal sampai saat ini
Di tahun 2008 saya menonton sebuah berita di televisi mengenai peringatan kematian Munir. Ada seseorang yang diwawancara orang wartawan dan berpendapat “seandainya Munir dibunuh di era orde baru, mungkin kita bisa mewajarkannya, karena di masa itu banyak aktivis yang hilang seperti Marsinah, Wiji Thukul dan masih banyak lagi, karena tabiat dimasa orde baru memang seperti itu. Tetapi kasus kematian  Munir terjadi di era reformasi dan menjadi hal yang luar biasa, karena figur sebesar Munir bisa meninggal dengan dibunuh, apalagi figur yang lebih kecil tentu resiko dibunuh juga akan lebih besar”. Saya kemudian membuat poster Munir yang pertama kalinya, dengan tulisan “Orang Besar Akan Dibunuh”. Poster tersebut saya tempel sekitar jam 2 pagi, tak lama kemudian seseorang yang ternyata dari Balaikota Yogyakarta menghampiri & menanyakan apa yang sedang saya kerjakan dan menanyakan apakah sudah memiliki ijin untuk menempel poster. Saya bersama seorang teman ditangkap dan dibawa  balaikota dan poster yang tersisa juga disita. Karena poster yang dibawa bergambar Munir, kami pun diinterogasi karena dituduh dari LSM tertentu / aktivis tertentu, padahal saya dan teman saya bukan siapa-siapa dan ini hanya aksi solidaritas. Selama beberapa minggu saya memiliki pikiran apa iya poster yang saya buat ini memang memiliki tipikal poster LSM atau aktivis. Saya teringat salah satu poster yang dibuat oleh Taring Padi yang mengangkat tema “Menolak Presiden Dari Militer” (2005). Saya melihat bahwa sesuatu yang ingin disampaikan disini penting dan keren, tetapi ada ketakutan dalam cara mengkomunikasikan dan visual, hingga akhirnya suatu saat mereka di grebek oleh FAKI (Front Anti Komunisme Indonesia) dan GPK (Gerakan Pemuda Kabah) karena menggunakan visual “Lekra” dan dituduh sebagai komunis. Saya tidak ingin membuat karya seperti itu, dan saya merasa poster Munir yang pertama terkesan mewakili sudut pandang yang seperti itu. Pada akhirnya desain poster tersebut saya sederhanakan dan tulisan “Orang Besar Akan Dibunuh” diganti dengan  “Menolak Lupa”, agar terkesan lebih netral dan tidak  menggurui orang yang melihat. Harapan saya orang yang melihat poster tersebut  dapat  mendeskripsikan pesan yang ada sesuai dengan pemikiran masing-masing. Tulisan “Menolak Lupa” bisa menjadi komunikasi dua arah yaitu dari poster dan orang yang melihat poster itu sendiri.
Menurut kamu bagaimana seberapa efisien poster sebagai sarana propaganda publik, terutama di Indonesia?
Saya percaya dengan kalimat Bono vokalis dari band U2, yaitu “musik tidak akan mampu merubah dunia, tetapi musik berpotensi untuk merubah seseorang, dan orang ini yang kemudian akan merubah dunia”. Apapun bentuk kerja manusia dapat berpotensi untuk mengubah, mengedukasi, memprovokasi dan menghancurkan orang lain. Karena kekuatan ini sangat  potensial untuk dapat merubah orang lain dan merubah lingkungan. Sebagai contoh poster Munir. Saya tidak  mensasar poster ini harus bisa memaksa pembunuhnya untuk mengaku. Tidak seperti itu, saya lebih mempromosikan ide,  kegiatan atau sosok seseorang, dan orang diluar figur atau ide tersebut bisa melihat dan mengenal sosok yang dipikir penting untuk dibicarakan. Orang seusia saya  bisa bangga pake kaos Munir, menganggap Munir itu keren, hal-hal seperti itu yang sebenarnya ingin saya capai.
Inspirasi desain kamu dari mana, beberapa orang ada yang mengatakan bahwa desain poster kamu tidak jauh beda dari OBEY
OBEY muncul disaat yang tepat dan ada yang mengatakan bahwa dia adalah titisan dari Andy Warhol. Sebenarnya sebelum OBEY lahir, sudah ada desainer poster untuk partai Black Panther Amerika, ini adalah partai kulit hitam bersenjata pertama di Amerika yang dibentuk pada tahun 1966  dan diakui oleh pemerintah. Gaya visual OBEY sebenarnya juga  mencomot dari sosialisme Uni Soviet,  seperti karya-karya dari Vladimir Tatlin juga hampir sama  dengan OBEY. Visual-visual seperti ini diambil karena bisa menonjol diantara visual atau objek lain yang ada dijalan meskipun dicetak dengan warna hitam putih. Visual yang bagus adalah harus bisa berdiri sendiri, tegas, kuat,sederhana dan provokatif. Saya engga masalah dibilang mirip OBEY, saya juga bisa berpendapat bahwa OBEY sebenarnya juga mirip dengan Tatlin. hahaha.
Pernah mendapat intervensi dari pemerintah yang mungkin menganggap karya-karya kamu terlalu provokatif?
Pernah ditahun 2012, terjadi pada poster  Wakil Presiden Boediono “Antara Ada Dan Tiada”. Poster tersebut dirusak, dicat dan ditutup dengan koran oleh tentara di jalan Mataram dan Munggur. Poster-poster kecil ukuran A3 banyak yang hilang dan poster ukuran 1 meter juga dirusak dan ditutup dengan koran bekas. Buat saya tidak terlalu menjadi masalah karena pada saat itu memang ada kunjungan Wakil Presiden ke Yogyakarta jadi saya cukup bisa memakluminya.
Intervensi sejauh ini lebih ke karya saya, tidak secara pribadi, sepertinya juga enggak akan terjadi karena banyak kritik yang lebih keras seperti demonstran di Jakarta yang beberapa saat lalu mengecat kerbau dengan tulisan SBY dan pemerintah fine-fine aja tidak terlalu bereaksi menanggapi hal itu. Tipikal posterku juga tidak seseram itu untuk dapat memaksa pemerintah atau instansi terkait mencari tau lebih jauh siapa sebenernya saya.
Pernah ada persaingan  atau gesekan dengan street artist lainnya?
Kejadian pertama di tahun 2009 saat saya masih produktif memproduksi poster Munir. Karena poster itu free download di blog juga, saat ada suatu pameran ada seseorang yang menemui saya jauh-jauh dari Magelang. Dia bertanya kenapa graffitinya di jalan Magelang dirusak dengan ditutup poster Munir banyak banget. Saya pun menjelaskan itu bukan saya yang menempel, karena saya sehari-hari naik sepeda dan belum pernah memasang poster sampai ke daerah sana, saya juga bisa mencapai tempat yang tinggi untuk menempel poster kenapa juga harus menyentuh dan merusak graffiti yang di bawah. Saya memiliki etika untuk tidak merusak karya siapapun di jalan, mungkin ada orang yang download dan menempel di spot tersebut. Sejak kejadian itu, setiap poster yang saya free download ada panduan agar sensitif dengan spot, tidak menempel di rumah ibadah, rambu-rambu lalu-lintas, traffic light, sekolah dan tidak merusak karya street art orang lain.
Bagaimana dengan hak cipta dan lisensi dari poster-poster ANTI-TANK?
Karya (poster) bisa didownload secara gratis dan bisa diaplikasikan dimana saja (kaos,stiker) diluar kepentingan komersial dan jangan mengedit. Poster sudah didesain sedemikian rupa dengan kalkulasi tertentu, tetapi masih banyak orang yang mengedit. Seringai pernah bilang karya kita mending dibajak, itu berarti karya kita laku, tetapi untuk poster tidak semua orang bisa mendesain dan menggambar, banyak yang penasaran tapi hasil yang dicapai malah diluar keinginan. Desain saya juga ada yang  memasukkkan kekaskus, tapi saya engga minta royalti untuk komersialisasi tersebut. Cuma secara etika saya kecewa dengan perbuatan seperti itu.
Banyak masyarakat yang mengatakan bahwa street art adalah  polusi visual di ruang publik, pendapatmu seperti apa?
Fine – fine saja saat dibilang nyampah oleh masyarakat. Itu bebas karena konsumen utama street art adalah masyarakat itu sendiri. Mereka berhak menilai apapun tentang itu, karena disitu point penting dari street art, setiap orang berhak menilai dan memproduksi dengan segala konsekuensi yang ada, karena memang tidak  ada sistem kurasi dan peraturan untuk menggambar ‘yang benar’ di ruang publik, jadi semua orang juga bisa melakukan itu.
Opini masyarakat penting di dengar  karena memotivasi seniman untuk membuat karya yang bagus dan tidak dianggap sampah. Graffiti contohnya, jika ditulis di mural provider atau iklan- iklan yang lain itu keren, tapi kalau ditulis di peta Jogja di daerah Malioboro misal, apa tujuan nya dari semua itu? Pada tahun 60an reaksi orang kulit hitam membuat graffiti dengan nama mereka karena merasa tidak diakui secara eksistensial dan juga rasisme di era tersebut memang masih sangat tinggi, jadi memang masuk akal muncul budaya perlawanan dengan menggunakan graffiti di masa itu. Di Indonesia sendiri pada tahun 1945 juga banyak bermunculan tulisan “Merdeka Atoe Mati”, itu juga graffiti sebenarnya. Tapi saat itu memang disadari akan pentingnya karya tersebut dan masyarakat juga dapat memahaminya.
Sebenarnya hampir tidak ada kritik di ranah street art di Jogja bahkan di Indonesia. Kurangnya wacana serius yg mengkritisi itu,  berakibat banyak orang yang asal-asalan sebagai street artist. Saya pernah nongkrong di di seputaran Tugu Jogja, disana satu ada rumah dengan pintu coklat kayu, tetapi anehnya pintu ini selalu bersih tanpa coretan. Ternyata setiap pagi yang punya rumah selalu bersihin pintunya dengan menggunakan thinner. Kalau kita pikir, apa gunanya anak-anak muda ini melakukan corat – coret disitu, tapi kalo diingatkan juga bisa menimbulkan gesekan nantinya, karena mungkin mereka berpemikiran apa yang dilakukan adalah vandalism dan street art memang seperti itu menurut mereka.
Perbedaan pendapat itu sangat penting, dan saya agak lega ketika Jokowi memberlakukan aturan street art di Jakarta adalah tindakan kriminal. Dari situ nantinya akan tersaring siapa yang memang serius dengan street art atau graffiti. Produktifitas seniman dengan tantangan seperti itu tidaklah  mudah, dan secara tidak langsung akan banyak orang yg mundur. Nantinya akan tersaring siapa yang memang sungguh-sungguh untuk menghidupi street art di Jakarta dan Indonesia. Di Jogja sampai saat ini tidak ada larangan atau aturan pemerintah yang tegas seperti di Jakarta, yang berdampak banyak orang mengatakan Jogja sudah ambyar, dimana-mana banyak coretan, dan jangan salahkan jika suatu saat Pemda Jogja akan membuat aturan tegas tentang ini, dan kita juga harus siap dengan segala konsekuensinya.(KA)
Info lebih lanjut tentang ANTI-TANK PROJECT dapat disimak DISINI
Interview ini sebelumnya dimuat di KANALTIGAPULUH

Anzi Nadilla, Tentang Menggambar dan Menulis

No Comments »


Anzi Nadilla adalah  salah seorang perempuan muda berbakat di Indonesia. Meskipun masih duduk di bangku SMU, bakat menggambar sudah terlihat dan dirinya bahkan sudah ikut serta dalam pameran di beberapa galeri seni yang ada di Indonesia. Simak interview redaksi kami bersama Anzi mengenai ketertarikannya di dunia seni rupa dan menulis.
Apa latar belakang yang membuat kamu tertarik untuk menggambar dan menjadi seorang illustrator?
Tidak ada latar belakang yang membuat saya tertarik untuk menggambar sebenarnya. Itu seperti berjalan dengan sendirinya. Saya tidak pernah berpikir akan menjadi illustrator, entah memberikan label itu terhadap diri sendiri ataupun menentukan bahwa karir saya nantinya adalah gambar. Saya adalah orang yang terlalu melakukan banyak hal, jadi seakan-akan sebenarnya saya sendiri seperti belum serius untuk menekuni gambar itu sendiri. Apalagi, I typically work with mood.
Selain suka menggambar, kamu juga pernah merilis buku lewat salah satu publishing online. Bisa dijelasin sedikit tentang buku kamu itu?
Ada layanan self publishing online berbasis POD (Print On Demand), saya mengetahuinya sejak lama. Dan disana, semua orang dapat menulis dan membuat buku mereka sendiri. Beberapa waktu lalu saya memutuskan agar buku yang pernah saya buat tersebut ditiadakan sesaat untuk beberapa alasan. Judul bukunya Kemerdekaan Bawah Tanah. Dalam buku tersebut saya menulis puisi dan cerpen tentang kejadian-kejadian di Indonesia. Kurang lebih ingin menyampaikan bahwa kemerdekaan itu adalah omong kosong.
Medium apa yang lebih sering kamu gunakan dalam menggambar?
Kertas.
Apakah kamu pernah berpikiran untuk menyeriusi kegemaranmu menggambar menjadi karir di masa depan mungkin? Mengingat kamu sekarang masih  duduk di bangku SMU
Seperti yang saya katakan di awal, saya tidak pernah memikirkan itu.  I don’t remember it as a decision,  tidak pernah berpikir. Saya malah ingin sekali menjadi jurnalis. Tetapi, faktanya saya tidak pernah menemukan hal yang lebih menyenangkan selain menggambar ataupun menemukan hal yang dapat memberikan perasaan yang sama seperti menggambar. Haha. Klise.
Perkembangan seni rupa di Magelang menurut kamu saat ini seperti apa sih, untuk anak-anak seusia kamu lebih tepatnya
Perkembang seni di Magelang yang di kalangan anak-anak muda di sini cukup berkembang pesat. Mungkin, saya bisa katakan bahwa anak-anak muda di sini semuanya gemar menggambar.  Apalagi dengan bantuan adanya mass media.
Siapa seniman yang paling menginspirasi kamu dalam menggambar dan kenapa kamu menyukai seniman tersebut?
Banyak sekali untuk disebutkan, rasanya hampir tidak adil rasanya jika harus memilih salah satunya. Saya lebih suka menyebut orang yang menginspirasi dalam membuat karya adalah ibu saya. Dia juga hebat dalam menggambar.
Aku pernah baca tulisan pribadimu tentang pelanggaran hak cipta salah satu artwork kamu untuk sebuah band / grup musik elektronik asal Bandung yang dilakukan oleh anak salah seorang pengamat musik terkemuka di Indonesia. Sebagai karya yang di publish di internet tentu pelanggaran hak cipta sangat rentan terjadi. Bagaimana pandangan kamu tentang hal yang satu ini?
Mengingat bahwa pelanggaran hak cipta di internet sangat rentan, saya tidak dapat mengatakan apapun selain memberi watermark pada karya (drawing). Orang-orang sudah mengenal dan dapat mengakses internet dengan mudah, jadi saya tidak begitu yakin dengan hukum hak cipta. Tetapi, saya pernah mendengar bahwa karya yang sudah ditaruh ke ruang publik, adalah milik publik. Banyak juga, orang-orang yang saya lihat membajak karya-karya orang lain tetapi yang buat karya kadang hanya bisa menarik nafas saja, tetapi selebihnya upaya yang dapat dilakukan adalah dengan share kasus tersebut ke sosial media mereka masing-masing. Everyone deals with their shit differently, sesuatu yang berseberangan, based on my case hati-hati saja. Karena, akan dibajak berapa kali karya kamu toh jika publik sudah mengenal karya kamu mereka akan tahu juga yang mana karya bajakan.
Ada rencana pameran / projek  dalam waktu dekat?
Rencana terdekat saya akan melaksanakan pameran di sebuah gallery kecil di Portugal  pada tahun 2014. Doakan saja, semoga lancar.
Harapan kedepanmu untuk illustrator muda di Indonesia?
Jangan pernah berhenti menjadi kreatif! Lakukan apa yang menurut kamu itu keren tetapi jangan meninggalkan kritik dan saran, tetapi jangan lupa juga do what you believe in. Have faith.
Simak blog  portfolio  Anzi Nadilla disini
Interview ini sebelumnya dipublish oleh KANALTIGAPULUH

Local Scene: KANALTIGAPULUH, Online Media/Radio

No Comments »


A phenomenon of online media suddenly appears and grabs attention of people. How could it happen? How they manage everything?
We have an exclusive interview with one of online media that has been developed so fast with nice management system. It is Komang Adyatma as KANALTIGAPULUH manifesto has spoken some words.
When did KANALTIGAPULUH establish? Who is the creator?
KANALTIGAPULUH officially established at around August 2010. It has been begun by a chat at a coffee shop in Malang, East Java between me and Eko Marjani. I am from Malang but I’ve been finishing my education in Yogyakarta around that time. We are talking about music and music scene in Malang and compare with those in other cities in Indonesia. We both have attested that musicians and independent music scenes in Malang do not really have anything much to support their works, activities, and publicities; while there were webzines and internet radios in other cities such as Hujan! Radio in Bogor, Berisik Radio in Jakarta, and PamitYang2an in Yogyakarta. We both agree to create something similar in Malang. Eko Marjani later introduce me to Bangga Wiratama who used to own an online radio. The radio was no longer active due to lack of content and human resource to run it. So three of us decided to create a new concept for the online radio under the name of KANALTIGAPULUH with additional support from Adi Surya Wiranegara. Today, by the management, KANALTIGAPULUH develops to some other cities such as Yogyakarta and Jakarta.
Why do you choose “KANALTIGAPULUH” as the name?
KANALTIGAPULUH itself comes from KANAL which means connected channels meet at the same estuary. The second word is TIGAPULUH which means thirty and it is written in word instead of number which refers to Bangga Wiratama’s house number where the online radio has been formerly established. The job descriptions are split among these four persons. I am in charge in the Public Relation and Promotion, Bangga in IT division, while Eko and Adi are the announcers. Today we have around 23 people working with us in the radio in Malang, Yogyakarta, and Jakarta as those in charges as Marketing staff, Announcers, Writers, and also Reporters.
Media and any press institutions usually have the high working traffic. How do you manage it?
Some of us, including 2 of the founders, have actually decided to step down due to the demand of their daily jobs and also different idealism and perspective. Currently, only two of the founders remain in the radio, me and Eko Marjani. We have those in charge as a supervisor for each city and division, such as an editor for webzine and a music director for the radio broadcasting. Supervisor is responsible to control and manage everyone’s work and task. This far, everything runs quite well because of everyone’s loyalty and we always try to keep the togetherness and stay solid along with everyone in each city and division.
How do you fund KANALTIGAPULUH? Is there any specific way?
Aside from membership dues, the funding of KANALTIGAPULUH comes from donation by merchandise online sales and our off air event in Yogyakarta, LELAGU. The income by the off air event comes from LELAGU official stencil printing goods and merchandise. This fund support system is new and a unique concept in Indonesia which receives a quite good response from the audience and they are very interested in it. The method is indeed quite efficient for our funding, especially from merchandise sales division. We also get our fund from advertisements in our website.
There are some online radios that appear today and disappear on the next week. What is the secret to be a last long independent media?
Many pre-mature media have high expectation and passion in the beginning, but they end up to get lost and clueless on where should they head to. This is such a common phenomenon in Indonesia. We definitely do not want to join the club. The most important is to stick with the commitment and everyone must fully commits to his/her task and duty. Also, internal and financial management need to be well maintained and remain solid.
Are there any particular genres of music to be played in KANALTIGAPULUH?
There is no specific genre decided and there is no particular restriction as well. The announcers have the freedom to decide their broadcasting program along with the approval of the music director. Indie music has more portions to compare with the mainstream.
What is “noise” in your point of view?
In my opinion, noise means “raw.” It is possible to be processed and explored into a more interesting form. However, the result could be varied. It depends on those who conduct the process and that what makes the difference.
What are KANALTIGAPULUH’s events in the near future?
Technically, we are going to have LELAGU in Yogyakarta and Hingar Bingar in Malang. These are our monthly regular off air events. Aside from these, we have events coverage and support in which we partake as media partner and also to boost our broadcasting quality. Next year we are going to rebrand our media through new management concept to enhance the content we offer and provide and also to have a better system and management.
Any words for us and our readers?
Keep the passion on anything you do. Every start might not be easy, but when you stay with it and you remain consistent in reaching your goal, you’ll finally get there. Also, stay creative, since it matters.

Simak original post dari interview ini disini

Obrolan Santai bersama Arie Mindblasting

Read more » | No Comments »

Bagoes Anggoro (Pengerat Shop) - Arie - Gilang Nugraha (Hujan! Radio)


Kemaren saya sempet mengobrol santai untuk kesekian kali nya bersama mas Arie Mindblasting, seorang pria paruh baya yang sedang menyelesaikan pendidikan S2 nya di Yogyakarta dan berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Timur, Jember. Beliau di tiap akhir pecan memang rajin datang ke Yogyakarta, karena di hari kerja beliau stay di kota Purworejo, sebuah kota kecil di perbatasan Yogyakarta dimana beliau bekerja disebuah instansi kesehatan.

INTERVIEW: ROCK N ROLL MAFIA NEW RELASE ALBUM PRODIGAL

No Comments »


Tiga hari lalu,  tepatnya tanggal 29 September 2012 band elektronik yang berasal dari Bandung dan sudah berumur kurang lebih 10 tahun ini merilis album baru nya yang bertajuk PRODIGAL di event LA LIGHTS JAVA SOULNATION FESTIVAL 2012. Berikut interview singkat saya dengan Hendra Jaya Putra, Eky Darmawan dan Bueno Jurnalis dan beberapa dokumentasi dari release party mereka.
“Kenapa  album baru kalian ini bertajuk PRODIGAL? ada alasan khusus kenapa kalian memakai nama ini untuk title album baru kalian?”
PRODIGAL sendiri artinya luas banget, dan dapat diartikan dari berbagai macam sisi jika kita mengartikan kata tersebut dengan melihat turunan katanya. Dari kami pribadi melihat kata PRODIGAL melalui turunan katanya yaitu “Prodigius” yang memiliki arti great/enermous/amazing, tapi kebanyakan orang berasumsi negatif tentang arti kata prodigal, karena kebanyakan orang mengartikan secara langsung dari kamus, maka orang akan mengartikan prodigal sebagai boros/royal. Ada benarnya juga karena di album ini kita memang boros ide dari segi musikalitas dan pemikiran lirik, jika dianalogikan lagi ke-ambiguan kata “Prodigal” ini sesuai dengan cover dari album ini yaitu burung kasuari (Cassowary): yaitu  burung yg berwarna indah, anggun,bersifat pemalu tapi sekaligus mematikan.
“Dibandingkan dengan album kalian sebelumnya, musikalitas  di album ini jauh berbeda, dan selama jeda lima tahun ini dari release album kalian yang sebelumnya, apa aja yang kalian kerjakan? Menarik juga soal featuring dengan Maliq  D’Essentials di album ini, berhubung dari segi musikalitas, kalian dengan Maliq jelas sudah sangat berbeda”
Lima tahun terakhir kita sibuk dengan urusan masing-masing, sambil tetap mengumpulkan materi untuk album ketiga. Dari sekian materi yang terkumpul kita merasa belum cukup puas, dan akhirnya sebagian materi kami jadikan materi EP di tahun 2011 dengan tittle “Play” yang di-release oleh UNKL347. Proses kolaborasi dengan Maliq D’Essentials berjalan alami, karena dalam pengerjaan album kami selalu berinteraksi dengan mereka, Voila; jadilah lagu “Palpitate”. Secara musikalitas sebenarnya Rock N Roll Mafia dan Maliq D’Essentials memiliki banyak benang merah, salah satunya sama-sama suka musik yang “bagus”
“Last question, kenapa memilih tempat untuk launching n release di event LA LIGHTS JAVA SOULNATION FESTIVAL 2012, engga seperti kebanyakan band yg melakukan showcase dalam launch album nya?”
Tidak ada alasan spesifik, kebetulan tanggal selesai produksi album “Prodigal” sesuai jadwal yang kita rencanakan berdekatan dengan tanggal event Java Soulnation 2012, dan kami kami sangat excited untuk membuat “Release Party” album “Prodigal” di-event tersebut, karena ini merupakan pengalaman pertama Rock N Roll Mafia untuk release di event yang bersifat umum, and thank God semua berjalan lancar dan performance kami dapat mencuri perhatian pengunjung Soulnation 2012. Untuk Showcase seperti pertanyaan diatas, kami sedang merencanakan Special Showcase dalam waktu dekat, Let’s hope for the best famiglia.
*Tulisan ini juga di publish di deathrockstar.info Jakarta