Bagoes Anggoro (Pengerat Shop) - Arie - Gilang Nugraha (Hujan! Radio) |
Kemaren saya sempet mengobrol santai untuk kesekian kali nya
bersama mas Arie Mindblasting, seorang pria paruh baya yang sedang
menyelesaikan pendidikan S2 nya di Yogyakarta dan berasal dari sebuah kota
kecil di Jawa Timur, Jember. Beliau di tiap akhir pecan memang rajin datang ke
Yogyakarta, karena di hari kerja beliau stay di kota Purworejo, sebuah kota
kecil di perbatasan Yogyakarta dimana beliau bekerja disebuah instansi
kesehatan.
Mindblasting adalah sebuah netlabel (internet label) yang di kelola oleh mas Arie seorang diri, dan ada beberapa hal yang menarik dari kota asal beliau tentang scene music dan latar belakang dari netlabel ini sendiri. Ini yang ingin saya ceritakan di dalam tulisan ini nantinya.
Menurut beliau, perkembangan musik di kota Jember masih
sangatlah lambat dan terbatas, yang dimaksudkan disini adalah banyak dari anak
muda disana yang masih memikirkan faktor ketenaran dan komersialitas dari
sebuah karya musik, dan dari situ mereka mulai bermain musik. Tidak ada salah nya menurut saya, karena sudah
ada beberapa contoh band / musisi di Indonesia yang bisa bertahan untuk hidup
melalui bidang yang satu ini. Yang salah disini adalah oritentasi mereka tidak
diimbangi dengan kreatifitas dalam membuat karya. Sebagai contoh, banyak
band-band pop dan alternatif disana yang lebih memilih memasukkan demo music nya
ke radio frekwensi daripada ke media-media online atau media promosi yang lain
nya (membuat fan page, etc). Memang tidak salah juga memasukkan demo ke radio,
hanya saja dengan memberikan kemasan yang lebih menarik tentu sedikit banyak
akan memberikan nilai positif untuk karya itu sendiri. Tanpa adanya packaging
yang baik dan hanya berupa CD demo yang dimasukkan kedalam amplop, tentu music
director akan langsung malas untuk memutarnya. Belum lagi banyak
standart-standart tertentu di radio komersial yang mengatur boleh tidak nya
sebuah musik untuk bisa diputar di radio nya. Kebijakan ini sangat berbeda
dengan banyak nya radio online yang sekarang muncul di Indonesia, karena
didalam radio online aturan-aturan teknis yang diterapkan tidak terlalu
mengikat seperti di radio komersial.
Tidak peka terhadap kritik. Beliau sedikit terkekeh saat
menceritakan tentang yang satu ini. Saat band / musisi di kritik oleh music
director / media, tidak ada perubahan menjadi lebih baik dari mereka, bahkan
memiliki argumen sendiri yang mempertahankan idealisme nya. Itu sebenarnya
terserah juga, itu pilihan yang bebas untuk di ambil. Mungkin mereka bisa
memasukkan musik nya ke netlabel ataupun webzine-webzine musik independen yang
sekarang juga sudah cukup banyak. Masalahnya, mereka tidak memiliki pemikiran
semacam itu. Alasan nya: tidak ada royalti, dan keuntungan untuk musisi secara finansial.
Untuk Mindblasting sendiri, sedikit hal yang saya bilang
unik adalah tidak ada proses kurasi di dalam nya. Entah proses kurasi di dalam
kualitas audio, genre musik ataupun hal-hal lain nya yang dimungkinkan untuk
menjaga kredibilitas dari netlabel itu sendiri. Saya juga memiliki sebuah
netlabel (K30 Netlabel ), tetapi di dalam nya masih di terapkan kurasi terutama
pada kualitas audio yang di submit oleh artist, yang saya tujukan untuk menjaga
kualitas audio dari setiap artist yang saya rilis di dalam netlabel.
Website Mindblasting Netlabel bisa dikunjungi disini