Berbaur Menjadi Satu di Walk The Folk


Malam ini Yogyakarta dilanda hujan deras, dimana sebenarnya ada pertunjukan musik menarik LELAGU di Kedai Kebun Forum dan saya pun tidak bisa kesana karena ada beberapa tanggungan pekerjaan dan kondisi badan yang kurang fit. Saya jadi teringat pengalaman seru tahun lalu setelah mendengarkan live streaming LELAGU via radio pamityang2an, dimana saat ini Layur, Jimi dan Gigih sedang memainkan komposisi musiknya, dimana nanti masih ada FRAU yang akan menutup LELAGU pada malam hari ini.

Sejenak meninggalkan LELAGU, saya ingin berbagi sedikit cerita soal "Walk The Folk" yang diselenggarakan pada 26 November 2014, sebuah acara incidental yang diadakan oleh teman-teman Folk Afternoon dan Lir Shop Yogyakarta tahun lalu. Saya teringat sesuatu setelah streaming LELAGU malam hari ini dan akhirnya membuat sebuah tulisan singkat tentang pengalaman saya bersama "Walk The Folk" ini.


Saat itu pada tanggal 25 November 2014 mendarat sebuah pesan singkat ke handphone saya dari Dito Yuwono, seorang fotografer kontemporer yang juga founder dari Lir Shop, bahwa saya diminta datang ke rumahnya di daerah taman wisata Kaliurang pada tanggal 26 November 2014, namun dengan syarat tidak melakukan posting apapun di media sosial dan tidak mengajak siapapun untuk datang kerumahnya. Ada kejutan begitu katanya.

Saya pun sangat penasaran, meskipun bangun kesiangan (undangan jam 11 siang, saya baru berangkat jam 1 siang dengan jarak tempuh sekitar 45 menit dari rumah saya) dan acara ternyata sudah dimulai. Menarik sekali konsep "Walk The Folk" ini, karena kita semua dilibatkan secara langsung didalam rangkaian acaranya.

Dibatasi hanya 20 orang dan semuanya adalah tamu undangan, tentu suasana menjadi sangatlah intim. Terlebih lagi ternyata ada beberapa musisi-musisi berbakat seperti Jimi, Gigih, Layur, Banda Neira, Nadya Hatta (pianis dari band Armada Racun) dan juga seorang Lani FRAU!

Tidak ada tembok pembatas. Pemusik dan penonton benar-benar melebur menjadi satu disini. Selain lokasi yang berpindah-pindah layaknya segerombolan anak muda yang sedang berlibur dan piknik (padahal acara diselenggarakan pada hari dan jam kerja), kesan yang muncul antara musisi dan peserta  malah seperti teman sendiri, ke "aku" an ku benar-benar dibuang jauh disini. Saya dapat ngobrol santai dengan Rara Sekar dan Ananda Badudu tanpa embel-embel saya adalah seorang jurnalis dan mereka adalah musisi, saya juga bisa sedekat itu dengan Lani FRAU dimana hal tersebut mungkin tidak bisa terjadi diluar sana.

Kami benar-benar meninggalkan label yang menempel pada diri masing-masing, sejenak menjadi manusia biasa yang menikmati alam Kaliurang sembari bermusik bersama. Kami juga tidak berusaha untuk tampil secara "folk" seperti kebanyakan anak muda jaman sekarang, kami hanya mengenakan pakaian sehari-hari, bahkan kami malah sama sekali tidak mengenakan alas kaki seperti yang bisa dilihat pada foto diatas.

Meskipun tamu undangan berasal dari berbagai macam latar belakang yang berbeda, kami merasa menjadi orang biasa saja di acara ini. Seniman, musisi, penulis & peneliti, jurnalis, fotografer bahkan mahasiswa tingkat akhir yang masuk kedalam daftar undangan dapat melebur menjadi satu, tanpa perlu sungkan antara satu dengan yang lain. Saya pikir Folk Afternoon dan Lir Shop telah sukses mengadakan "Walk The Folk" edisi perdananya, karena kebanyakan dari kita sudah cukup jenuh dengan bentuk pertunjukan musik yang monoton dengan adanya jarak antara penampil dan penonton.




Dokumentasi foto oleh teman saya Dito Yuwono 

This entry was posted on April 3, 2015 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply