Sejenak Mengingat

Sekumpulan kata, takkan mampu untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di dalam kalimat. Ini bukanlah ukiran tinta di dalam kertas, hanya nada yang keluar dari lidah.
Sejenak mengingat…
Berbagai macam kejadian telah kita lewati. Dalam suka dan duka, gelap dan terang. Walaupun waktu mungkin tidak cukup, tetapi untuk keadaan terasa sangat penuh. Marilah kita sejenak mengingat dalam aroma masa lalu yang akan menjadi masa depan yang terlalui…

Dalam kata kita pernah bertemu, dalam kalimat kita pernah saling menjamu, dalam akhir tanda baca, kita tak akan usai. Setiap ucapan, setiap gerakan, setiap gerak mata, kita pernah melambung tinggi di dalam angin waktu yang tak dapat merobohkan dinding janji.
Hingga setiap inchi dari setiap panjang kalimat, entah dengan sebuah semangat ataupun lesu, kita selalu menghadapi satu dengan yang lain dengan kesederhanaan, tak lebih dan tak kurang.
Hingga setiap pekerjaan rumah yang selalu menumpuk untuk diselesaikan, kita selalu menjadi penerang satu dengan yang lain, tak lebih dan tak kurang.
Berbagai versi dalam tutur kata dan cerita, takkan cukup untuk menggambarkan keadaan kita yang lalu. Kata-kata apapun takkan ada yang dapat menggambarkan kenangan terdahulu. Hanya selembar ucapan terima kasih yang [mungkin] akan diucapkan.
Terima kasih…
Untuk setiap detik yang kita santap bersama, dalam piring-piring waktu.
Terima kasih…
Karena meninggalkan bekas gigitan di pundakku, hanya untuk menenangkan luka sesaatmu.
Terima kasih…
Karena menjadi bagian dalam proses hidupku.
Terima kasih…
Karena telah menenggelamkan berbagai macam emosiku, dan meleburnya dalam kata-katamu.
Terima kasih…
Untuk semangat yang engkau berikan, hingga aku tidak merasakan lelah yang berkepanjangan.
Sedetik kesan yang berlalu bersama cawan waktu, seketika itu pula kita bersiap untuk menjaga dan menjadikannya sebuah sakramen janji, yang telah kita letakkan di depan mezbah jalan hidup. Dan kita sekarang telah menjadi sosok yang lebih siap dalam menghadapi hidup dan waktunya, terlebih engkau.
Engkau…ya engkau…
yang selalu menjaga api janji kita, walau sebenarnya aku tahu, bahwa kita ini sosok yang penuh dengan misteri. Tanpa kita tahu, jalan mana yang nantinya akan kita tempuh : kebersamaan erat atau kebersamaan takterikat ?
Tapi itu hanyalah sebuah tanda tanya hidup, yang tak perlu diperdebatkan atau dijawab. Karena nantinya kita sendiri akan menjawabnya, entah kapan.
Sejenak mengingat…
untuk menjaga…
walau akhir dari cerita ini, akan kita tulis, dengan versi kita masing-masing.

-ucapan yang terlupa sejenak-
*tulisan dari seorang sahabat baik saya, Raymond Frederik

This entry was posted on September 8, 2012 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply